
Semua diam dalam derit waktu yang berkarat, hanya sekedar suara desah yang datang diam-diam, dan menawarkan secangkir kopi untuk menahan kantuk yang begitu abadi mengikuti bayang yang lindap dibalik tiktok jarum jam. Kedua tanganmu menangkup erat dan tetes hujan itu menyeretmu untuk bermain dihalaman depan dekat pohon jambu, dan terdengar derap sepatu tentara yang berbaris dalam kecipak air menetes dari daun yang pias menahan dingin, sementara awan terus bergerak ditengah kesiur angin membuyarkan impian yang berjalan pelan disisi jalan diantara dedaunan dan bunga rumput. Bayangan itu berkelebat disela bebatuan , lantas dipungutnya sejumput kenangan dan dilontarkan ketengah danau yang menganga keheranan akan tingkah lakunya ( ah.. rinai hujan terkadang melarutkan waktu yang meleleh bagai karet dan anak-anak kecil itu akan bersorak kegirangan karena mereka dapat memperpanjang masa kanak-kanak mereka).
Arloji itu mengisyaratkan kelelahan yang terbayang dikelopak mata, detik berjalan dengan pelan dan keraguan membayang disetiap seret langkahnya. Makin jauh ia bergerak mendekati puncak hari dan segera saja ditemuinya kebosanan yang konstan ditiap pertemuan jarum pendek dan panjang ( menghasilkan suara lonceng yang mengingatkan kepastian yang kaku), tapi toh ia harus bergerak karena waktu memang harus bergerak ( aku membayangkan gulali merah yang empuk dan manis membungkus arloji itu..)
Siapakah yang memanggilmu dari balik daun bambu, menawarkan kesepian dan gemersik angin lalu membawamu dalam percakapan waktu dan batu. Detak nadi dan degup jantung membawa pesan waktu yang membatu diujung lidahmu, kau sisakan kesepian yang terbuang dipinggir jalan untuk dimakan hewan dan segera saja kau tersadar : waktu demikian beku, bahkan ia tak sempat tersenyum untuk sebuah lelucon yang terlontar dari wajah polos seorang anak yang berangkat sekolah dengan harapan yang membuncah dan masa depan yang tak ia kenali.Tiktok jarum jam mengingatkanmu, jalan tengah ditempuh dengan kecepatan konstan, dan jejakmu menyendiri dibalik dinding logam, mencari pemaknaan yang tepat bagi setiap langkah yang meninggalkan jejak ditanah berpasir..

No comments:
Post a Comment